Gue benci saat jatuh cinta. Gue benci merasa senang
saat bertemu lagi dengan lo. Tersenyum malu-malu dan selalu menebak-nebak. Gue
benci saat jatuh cinta terutama sama lo yang membuat gue deg-degan menunggu dan
salah tingkah setiap kali lo memperhatikan betapa anehnya gue setiap
sepasang mata ini bertemu.
Gue benci terkejut senang setiap lo mengirim pesan
singkat buat gue dan gue benci kenapa harus memakan waktu begitu lama untuk
membalasanya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Gue benci ketika jatuh
cinta, semua detail yang gue ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke lo menjadi
penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau gue akan kehilangan lo. Gue benci
harus berada dalam posisi seperti itu.
Gue benci harus
menerjemahkan isyarat-isyarat lo itu. Apakah pertanyaan lo itu sekadar
pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang gue salah artikan dengan
penuh percaya diri? Apakah ucapan lo yang begitu perhatian ke gue hanya ucapan
biasa yang ga ada artinya, atau ada maksud lain, atau gue yang sekali lagi salah
mengartikan dengan penuh percaya diri?
Gue benci ketika
logika bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata,
pada akhirnya lo akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,”
harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logika lo.”
Gue benci saat diri ini bertanya-tanya “Apakah gue
pantes dapetin hati lo?
Gimana caranya agar lo tau
perasaan gue ke lo? Come on,I'm a girl.Must i begin it first?”. Pengen rasanya
gue marah-marah ke lo.Apa lo ga pernah ngerti kalo akhir-akhir ini gue berusaha
banget buat nunjukkin perasaan itu ke lo.
Andai lo tau berat
bagi gue buat nunjukkin sepenuhnya perhatian ini ke lo tanpa harus ada orang
yang tau. Berat buat gue nutupin rasa cemburu yang mungkin bisa gue tahan saat
mereka memuji dan memuja lo,bahkan menceritakan lo dengan yang lain. Perasaan
ini udah gue tahan…dan tahan sampai akhirnya… gue MUAK buat nahan perasaan ini
ke lo.
Gue ga pernah tau apa yang ada dalam pikiran lo, hati
gue meletup pelan setiap gue bertanya-tanya “Sampai kapan gue harus menunggu lo
jatuh cinta ke gue? Rindu ini terus mengganggu, resah ini telah menjadi kabut
yang menutupi kebenaran yang ada dan gatau harus dimana gue temuin jawabannya”.
Ini salah! Gue ga bisa memendam perasaan ini terus menerus, pada akhirnya gue
hanya bisa jatuh cinta sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar